Rinda Martanti: What It Takes To Be a Doctor

Link

Rinda Martanti: What It Takes to Be a Doctor

Rinda Martanti, perempuan kelahiran tahun 1987 ini, sedang menjalani pendidikan untuk menjadi pediatric atau seorang dokter anak. Yuk simak perjuangan panjangnya menjadi dokter, kenapa ia rela menjalani waktu pendidikan yang panjang, kiat-kiatnya focus kepada impian, dan her tips for a healthy life!

Cita-cita Sejak SMP

Menjadi seorang dokter spesialis anak sudah merupakan cita-cita saya sejak duduk di bangku SMP. Saat itu saya terinspirasi oleh dokter spesialis anak yang menangani perawatan di rumah sakit, ketika saya mengalami gastritis akut. Saat itu di mata saya dokter anak dapat menyembuhkan penyakit dan mengembalikan kebahagiaan anak-anak. Sehingga dari situ saya memutuskan untuk menjadi dokter spesialis anak.

Perjalanan Panjang untuk Cita-cita

Untuk menjadi dokter anak, pertama saya masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia program Internasional tahun 2005. Kemudian lulus dengan gelar Bachelor of Medical Science dari University of Melbourne tahun 2008 dan Sarjana Kedokteran FKUI Internasional tahun 2009. Lulus sebagai Dokter Umum tahun 2011. Dilanjutkan dengan internship di RSUD Singkawang Kalimantan Barat selama 1 tahun. Masuk sekolah Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS Januari 2015 untuk masa pendidikan 4 tahun. Saya saat ini residen anak tahun ke-3 dari total 4 tahun masa pendidikan untuk menjadi dokter spesialis anak. Harapan saya setelah selesai sekolah PPDS ini dapat mengemban amanah dan tanggung jawab menjadi dokter spesialis anak yang dapat membantu meningkatkan kualitas kesehatan anak di Indonesia.

Tanggungjawab Menjadi Dokter Anak

Menjadi dokter anak bukanlah semata-mata kita hanya merawat anak namun kita harus memperhatikan lingkungan mikro dan makro seorang anak hidup yaitu di dalam keluarga inti, rumah, sekolah dan sebagainya. Dan itu merupakan suatu tantangan terbesar. Terlebih dalam merawat anak yang sakit bukan saja ibunya yang khawatir, namun seluruh anggota keluarganya ingin ikut terlibat.

Disitu sebagai dokter anak harus dapat menempatkan diri untuk tetap netral akan keputusan keluarga (umumnya masalah keputusan terapi) dan menjadi edukator yang baik kepada 1 keluarga demi kesehatan anak jangka panjang.

Contoh seorang anak yang asma, kunci utama pengobatan adalah hindari pencetus yaitu asap rokok, debu, tungau, bulu binatang, dan sebagainya. Sehingga jika ayah yang memiliki kebiasaan merokok harus segera stop, keluarga di rumah harus turut membersihkan rumah lebih sering, menghindarkan dari barang/binatang berbulu, pengawas obat controller asma anak, dan lain-lain.

 

 

How She Perseveres

Untuk tetap berjuang, kiatnya adalah stay focus, keep fighting and set the goal. Goal saat ini saya dapat lulus menjadi dokter anak yang dapat bermanfaat bagi semua. Sehingga secapek dan se-down apapun kondisi saya mungkin dapat istirahat sejenak kemudian get back in the game. Satu lagi, banyak minta doa ke orangtua, suami/istri, keluarga, dan teman. Karena hanya dengan doa dan dukungan mereka itu kamu bisa tetap berada di posisi saat ini dan terus berjuang.

Tips for a Healthy Life

Hidup sehat adalah menjaga keseimbangan sehat jasmani, pikiran dan rohani. Apalagi sebagai seorang dokter anak kita dituntut untuk selalu dalam kondisi prima sehingga dapat merawat anak sebaik mungkin. Tetap aktif, konsumsi makanan sehat, menikmati hidup di setiap langkah yang diambil (susah atau senang) sehingga apapun itu tidak menjadi beban dan dekatkan diri kepada Tuhan YME.   Satu lagi, live life to the fullest. Ketika di tempat bekerja harus bisa full focus dan saat day off juga diisi dengan hobi/aktivitas menyenangkan bersama keluarga dan orang yang dicinta sehingga hidup akan terus seimbang.